0
Posted by henny slalu b'juang on 00.17
Perbandingan Kualitas Guru di Australia dengan Indonesia

A. Kualitas Guru di Australia
Selama decade terakhir, peran guru di Australia telah berubah. Guru di Australia diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengasah keterampilan seperti pemikiran kritis, diatur untuk belajar mandiri, pengetahuan diri, serta belajar seumur hidup. Guru Australian Education Association (ATEA) merupakan asosiasi profesional utama untuk pendidik guru di Australia. Misi Pendidikan Guru Australia Association adalah untuk mempromosikan:
 Para Pendidik dan pendidikan berkelanjutan guru dalam segala bentuk dan konteks;
 Guru pendidikan sebagai pusat di perusahaan pendidikan bangsa;
 Penelitian pendidikan guru sebagai usaha inti.
Di Australia, salah satu cara untuk mengubah wajah pendidikan yakni dangan melalui pendidikan nilai-nilai. Nilai pendidikan di sekolah-sekolah Australia menjadi aspek kuncidari kebijakan pemerintah pada tahun 2002, ketika kemudian Persemakmuran menteri pendidikan, sains dan teknologi, Dr. Brendan Nelson menugaskan sebuah studi untuk mengeksplorasi pendidikan berbasis nilai-nilai yang saat ini telah dilaksanakan oleh sekolah-sekolah di Australia.
Kualitas guru di Australia dapat terlihat dari keterlibatan guru dalam suatu pembelajaran yang berperan sebagai fasilitator atau pemandu dan mendorong anak-anak untuk focus dalam forum diskusi. Peran guru di kelas telah menjadi satu factor penting dalam belajar siswa (Dekan Majelis Pendidikan Australia, 2005). Guru di Australia diharuskan memiliki pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang mampu mendorong peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan juga mampu mengembangkan nilai-nilai pendidikan.
B. KualitasGuru di Indonesia
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Selain itu, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
C. Perbandingan Kualitas Guru di Australia dengan Indonesia

Pendidik di Australia memiliki cara pengajaran yang baik bila dibandingkan dengan Indonesia. Karena pendidik di Australia memiliki pandangan yang bertujuan untuk pengajaran nilai-nilai bagi peserta didiknya. Selain itu pendidik di Australia juga dituntut harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan dalam mendorong peserta didik berpikir kritis dan juga mempu mengembangkan nilai-nilai pengetahuan. Pendidik memiliki peran sebagai fasilitator. Sedangkan kualitas guru di Indonesia masih terbilang cukup rendah. Hal ini dapat terlihat dari tingkat pendidikan guru-guru di Indonesia. Selain itu pendidik di Indonesia juga dapat dikatakan kurang professional dalam menjalankan tugasnya.

http://www.seenthing.com/2010/07/makalah-pendidikan-indonesia-makalah-pendidikan-masalah-pendidikan-di-indonesia.html
Sariwati, Masalah-Masalah Pendidikan Indonesia, www.ubb.ac.id, diakses Minggu, 10 Oktober 2010
Tentang ATEA, www.atea.edu.au, diakses pada Minggu, 10 Oktober 2010

0

Penulis vs Penyanyi...

Posted by henny slalu b'juang on 02.55

Bicara kedua provesi ini tidaklah mudah, sama-sama memiliki peran dalam mengharumkan nama bangsa. Ada Apa Dengan Penyanyi vs Penulis?!? Tanah air kita ini memiliki segudang provesi dari bidang penyanyi. Tapi apakah sama banyaknya dengan bidang sastra menulis?? Mungkin jawabnya TIDAK.. Saya tidak mengerti ini sebuah kesalahan atau justru kebenaran.
Penyanyi mampu memberikan hiburan bagi khalayak orang. Namun tanpa seorang penulis mungkin lagu mereka juga tidak akan jadi. Dalam sebuah film yang bagus dan telah ditonton oleh jutaan orang, dibalik itu juga terdapat jasa penulis. Begitu besar jasa penulis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Reality yang ada ucapan terima kasih yang diberikan lebih besar untuk penyanyi dibanding penulis. Terlihat dari hasil sekali manggung para penyanyi yang jauh jika dibandingkan hasil tulisan para penulis yang bisa mencapai ratusan lembar halaman. Ini seperti keluhan dari beberapa dosen tempatku menimba ilmu, salah satu dari beliau berkata bahwa beliau tidak terlalu banyak mencetak buku yang beliau tulis sendiri dikarenakan terkadang dari pihak percetakan memberikaan loyalty yang tidak sepadan dengan isi buku yang ilmunyya begitu bermanfaat untuk dipelajari. Bagitulah fenomena yang terjadi belakangan ini, banyak penulis yang merasa kurang diperhatikan. Padahal untuk menuangkan pemikiran mereka tidaklah semudah membalik tangan. Butuh ribuan kali gagal untuk benar-benar menjadi penulis yang hebat.
Jika melihat fenomena tersebut, rasanya keadilan kurang dapat ditegakkan. Di Indonesia ini rakyat lebih sering mendengarkan musik dibandingkan membaca. Jauh berbeda dengan bangsa-bangsa di Negara maju yang lebih sering meluangkan waktunya untuk membaca. Semestinya jasa penulis mendapat penghargaan lebih atas sokongannya dalam upaya ikut mencerdaskan bangsa. Penyanyi juga ikut meberi hiburan pada rakyat. Tidak dipungkiri bahwa otak kita juga membutuhkan hiburan agar tidak selalu tegang. Karena memang sudah semestinya kita menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri. Pada intinya, penulis dan penyanyi sama-sama memiliki pengaruh bagi khalayak orang. Namun, seharusnya mereka sama-sama diberi penghargaan yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan.

0

Mungkinkah Aku jadi Seorang Prtesiden?!?

Posted by henny slalu b'juang on 01.57


Apa yang ada di benak kalian ketika dengar kalimat PRESIDEN??? Mungkin akan sama dengan apa yang ada dibenakku… atau justru kalian takut mendengar kata itu?!? dalam tulisan ini aku ingin menceritakan sebuah tekad yang membara dalam jiwa. Mungkin anganku terlalu muluk, tapi aku tidak akan takut terjatuh. Karena sebuah angan menjadi seorang presiden itu bukanlah buruk… Dan kini telah ku buktikan aku telah menuju untuk seorang presiden. Mungkin belum bagi khalayak orang banyak, tapi aku telah membuktikan dapat menjadi presiden bagi diriku sendiri. Terdengar aneh?!? Kalian semua juga telah jadi presiden, masih sama seperti diriku. Kelak aku akan menjadi presiden bagi orang di sekelilingku, may be bagi manusia di tanah air Indonesia.
Angan menjadi seorang presiden memang menyenangkan. Namun tiidak semudah itu menjadi seorang presiden. Kita perlu merogoh jutaan uang recehan di saku kita. Sudah pasti juga butuh daya tampung otak lebih, dibanding dengan manusia pada umumnya. Banyak hal yang berbeda antara kita dengan presiden.
Meraih gelar presiden sungguh banyak persyaratan uang musti di jalani. Untuk itu aku teramat tidak setuju ketika mendengar orang mencaci presiden. Apakah mereka mampu menjadi seorang presiden?!? Mereka hanya mampu mencaci, karena posisi mereka memang begitu. Aku yakin seorang presiden juga ingin yang terbaik bagi rakyatnya. Tapi apakah pernah terpikir di benak kalian beratnya tanggung jawab yang ditopang mereka? Mereka juga manusia biasa, kuasa mereka juga terbatas. Bukankah tidak ada manusia sempurna di bumi ini. Sekalipun om Barack Oebama, beliau juga tidak sempurna.
Dalam tulisan ini aku ingin mengajak kalian mengharumkan nama bangsa kita, tanpa harus saling mencaci. Karena tidak ada yang perlu disalahkan. Kita semua punya salah, namun di balik itu pasti kita juga punya kelebihan n tekad yang besar. Tekad yang besar itu jika disatukan pasti akan menjadi hasil yang maha gemilang. Bukankah dalam bangsa yang besar tersimpan jiwa yang besar?!? Atau kebalik ya, pokoknya intinya cuma 1, “Bersatu Teguh, Bercerai Runtu” . Semoga 1 saat tanah air kita benar-benar bisa berdiri kokoh, sekokoh tiang bendera yang menopang sang merah putih…. Upzz, udah kehabisan kata-kata, kalian juga pasti semakin bingung kalau dalam satu sesi ini aku ngomong panjang lebar. Lanjutannya ada dalam SKS selanjutnya. Doain aku kelak menjadi presiden ych!!! Mimpi dulu gag masalah, akan lebih baik daripada sama sekali tag punya mimpi. So, jangan berhenti bermimpi dan berkarya para insan muda!!! Tulisan ini kubuat karena termotivasi dari kakak2ku. Thank’s for kak C n kak W…;-)
Thank’s juga for all yang udah berkenan mendengarkan celotehku lewat tulisan ini…..

0

Kolaborasi Gaya Hidup Remaja dengan Sastra, Media dan Internet

Posted by henny slalu b'juang on 19.50 in
Sastra bagi remaja perkotaan bukanlah sastra yang terwakili oleh para sastrawan dari generasi Putu Wijaya sampai Linda Christanty sekalipun. Sastra bagi remaja perkotaan juga bukanlah sastra koran, majalah sastra seperti Horison, maupun jurnal-jurnal kebudayaan yang memuat cerpen, puisi, dan esai-esai serius. Sastra remaja perkotaan adalah sastra pergaulan yang terekspresikan dalam medium-medium baru yang melekat pada gaya hidup mereka. Sastra remaja perkotaan saat ini adalah sesuatu yang sama sekali terlepas dari mata rantai sejarah sastra sebelumnya. Sejarah sastra yang saya maksud adalah sejarah sastra resmi versi para kritikus, teoritisi, akademisi dan para sastrawan sendiri. Sejarah sastra resmi ini sama halnya dengan sejarah pada umumnya yang berpihak pada kepentingan kekuasaan tertentu dengan muatan subjektivitas yang juga kental di dalam historiografi-nya. Dalam konteks remaja perkotaan secara riil, sebenarnya apa yang disebut mainstream sastra itu bahkan tidak eksis. Ada gap yang sangat jauh antara sastra dan kehidupan riil remaja perkotaan sekarang.

Medium-medium ekspresi kesusasteraan dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang kurang lebih merupakan sebuah dekonstruksi terhadap medium ekspresi sebelumnya yang terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Pretensi menulis sebuah karya sastra tidak lagi dilandasi oleh motivasi mimpi-mimpi besar, ide-ide pemberontakan, maupun pemikiran-pemikiran jenial untuk mengubah dunia. Remaja perkotaan sekarang cukup menulis di blog mereka tentang hal-hal personal keseharian yang remeh-temeh, mengirim sms romantis pada pacarnya, atau menciptakan syair lagu cinta yang juga sederhana saja. Itulah medium-medium ekspresi sastra remaja perkotaan sekarang. Di sisi lain para penulis generasi “tua” tetap asyik dengan mimpi-mimpi, keyakinan, arogansi, dan ide-ide besar untuk melahirkan sebuah magnum opus dalam “sejarah” kepenulisan mereka. Tanpa sadar, gap yang ada semakin curam dan dalam, mengingatkan kita pada kritik-kritik berpuluh tahun silam tentang ivory tower-nya para sastrawan dan seniman secara keseluruhan.

Tentu masalahnya memang tak bisa dilepaskan dari “nilai-nilai, kriteria, teori-teori” tentang apa yang disebut dan dianggap sebagai “sastra”. Hal ini pun adalah persoalan lama yang terus menggantung tanpa penyelesaian. Bagi sejumlah sastrawan, sebut misalnya Seno Gumira Ajidarma, Sapardi Djoko Damono, atau Budi Darma, apa yang disebut dan dianggap sebagai “kriteria dan nilai-nilai” sastra adalah relatif dan subjektif. Pandangan ini memberi ruang kebebasan yang luas untuk menganggap dan menyebut apa itu karya sastra. Di lain pihak, masih banyak sastrawan dan kritikus yang berpegang pada teori-teori baku yang entah apa atau entah yang mana untuk mengategorisasikan sebuah karya sebagai “sastra”. Pandangan inilah yang kemudian mungkin membuat buku-buku semacam ensiklopedi sastra Indonesia tidak pernah lengkap dan utuh. Di buku-buku itu pastilah tidak pernah ada nama Agni Amorita Dewi misalnya, penulis cerpen remaja generasi tahun 80-an yang kerap mengisi lembar cerpen di berbagai majalah remaja dan pernah pula menjadi pemenang lomba cerber Femina. Di buku-buku itu pastilah tidak akan ada nama Raditya Dika atau Aditya Mulya, dua novelis muda masa kini yang penggemarnya menyebar di kalangan remaja perkotaan seluruh Indonesia. Dan di buku-buku itu juga tidak pernah ada nama FX Rudy Gunawan, penulis cerpen, esai, dan novel yang karya-karyanya juga kerap dimuat di sastra koran (non-Kompas) dan puluhan bukunya telah diterbitkan.

Ini adalah sebuah stagnansi yang ironis. Generasi remaja sekarang merasa tidak ada perlunya membaca karya sastra adiluhung yang tidak connect dengan kehidupan riil mereka. Telah terjadi sebuah perubahan paradigma yang tidak pernah diantisipasi oleh para sastrawan. Program sastra masuk sekolah mungkin merupakan sebuah upaya yang pernah dilakukan untuk menjembatani gap atau mencairkan stagnansi ini. Tapi karena frame yang dibawa adalah “mindset lama” dan yang dilakukan dengan “cara lama” pula, maka bisa dikatakan upaya ini kurang membuahkan hasil. Sejumlah SMA yang didatangi mungkin jadi lebih mengenal sastrawan-sastrawan dan karya-karyanya, tapi hanya sebatas itulah hasilnya. Padahal yang dibutuhkan sekarang adalah menciptakan generasi baru pecinta sastra dan menumbuhkan iklim atau atmosfir yang subur bagi lahirnya generasi penulis sastra yang baru, segar, dan sama sekali berbeda.

Dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang, film dan musiklah yang paling populer sebagai bagian dari kehidupan kesenian dan kebudayaan mereka. Ini terbukti dari suksesnya novel-novel adaptasi film yang digagas dan diterbitkan oleh penerbit spesialis novel remaja, GagasMedia. Hampir semua novel adaptasi film-film nasional terjual puluhan ribu kopi dalam hitungan bulan saja. Genre novel ini telah berhasil menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan berkat kolaborasi antara dunia film dan dunia sastra. Kolaborasi berarti sebuah persinggungan yang nyata dengan kehidupan. Kolaborasi menjadi sebuah pola untuk mencairkan stagnansi dan melahirkan karya yang “membumi”. Sebuah contoh kolaborasi ideal dari dunia musik adalah grup rock gaek Santana yang berkolaborasi dengan penyanyi remaja popular dalam tiga album terakhir mereka yang dirilis beberapa tahun belakangan. Kesadaran Santana sebagai grup yang melegenda untuk tetap tune in dengan perkembangan zaman sungguh sebuah kerendahan hati yang patut diteladani di dunia sastra kita.

Sastra seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan karena sastra seharusnya menjadi bagian dari kehidupan nyata termasuk kehidupan sehari-hari dengan segala tetek-bengek persoalannya yang mungkin cengeng, menyebalkan, dan tidak mutu. Tapi atas dasar apa seseorang berhak men-judge seperti itu terhadap kenyataan hidup yang nyata? Atas dasar apa seseorang atau sejumlah orang berhak menghakimi sebuah karya? Tiada satu dasar pun yang bisa membenarkan sikap-sikap seperti itu. Sebaliknya, justru pengikisan terhadap sikap-sikap seperti inilah yang akan mampu mengintegrasikan sastra dalam gaya hidup remaja perkotaan.


Gaya Hidup Remaja dan Media


Semua jenis media, baik itu Internet, televisi, film, musik, maupun majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup kita masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja kota, yang notabene meniru gaya hidup modern. Maka, tidak heran jika kita digiring menjadi sangat konsumtif.

Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Kita sebagai remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Kita juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya hidup, gaya bicara, penampilan, dan lain-lain. Imbasnya banyak kita jumpai teman-teman dengan berbagai atributnya yang sebenarnya mereka hanya meniru-niru saja. Sadar tidak sih kalau saat ini banyak sekali sinetron remaja yang menawarkan life style baru? Para bintang muda yang digandrungi ternyata mampu mengubah style remaja.

Pada masa remaja pengaruh idola memang sangat kuat. Idola atau tokoh akan mengendalikan hidup kita yang mungkin tanpa kita sadari. Nah, di sinilah media

Namun, apakah benar bahwa media sedemikian buruk pengaruhnya bagi remaja? Sebenarnya tidak seratus persen demikian. Hal ini menjadi tantangan bagi kita untuk memilah-milah atau selektif terhadap pesan yang disampaikan oleh media. Karena, tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan media mutlak diperlukan. Karena, pada suatu sisi media memungkinkan kita untuk tahu beragam informasi, berita, penemuan, dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwa sebenarnya hadirnya media berpengaruh positif dan juga negatif.

Keberadaan media memang tidak lepas dari kepentingan pasar. Dengan demikian, kalau kita tidak selektif terhadap pesan media, kita akan menjadi korban media. tidak salah memang ketika kita membeli sebuah produk berdasarkan informasi dari media. Namun, yang perlu diingat, seberapa perlu produk yang kita beli itu bagi diri kita. Apakah kita memang membutuhkan produk itu ataukah karena kita terpengaruh oleh iming-iming yang disampaikan oleh media.


Remaja : Jangan memaksakan diri

tidak ada salahnya memang untuk tampil menarik seperti yang banyak diiklankan di media, dengan sebagian produk yang ditawarkan untuk membantu mewujudkan impian itu. Juga merupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanja membeli barang-barang kesukaan. Namun, yang mesti kita ingat, jangan memaksakan diri. Kalau kita ikuti perkembangan mode pakaian, misalnya, kalau tidak pantas, ya tidak usah dibeli, sebaiknya kita sesuaikan dengan diri kita. Singkatnya sih tidak harus mengikuti tren yang ada, tetapi yang penting nyaman di tubuh kita. Pokoknya yang penting kita percaya diri, nyaman dengan diri sendiri, menerima apa adanya, love yourself. Bahkan, akan lebih oke lagi kalau kita bisa menunjukkan kelebihan-kelebihan kita yang lain.

Nah, jelaskan? Media memang punya dampak positif dan negatif. Kita harus arif menyikapinya. Cara gampang adalah mengenali diri kita sendiri dan mengenali apa yang menurut kita sangat penting. Mengenali apa yang kita sukai, apa yang bisa kita toleransi dari orang lain dan hal-hal yang membuat kita merasa mantap. Kalau setelah kita renungkan semua berbeda dari apa yang benar versi media, itu artinya kita harus segera ambil strategi. So, jangan menelan secara mentah-mentah apa yang diinformasikan media sehingga tidak begitu saja menjadi korban media.


0

Tips-Tips Memotivasi Belajar

Posted by henny slalu b'juang on 19.47 in
Belajar??????? it's OK..disini aku punya tips2 wt Xan yang pengen belajar Xan lebih smangat...motivasi belajar tidak akan terbentuk jika orang tersebut tidak memiliki keinginan, cita2 ato yang laen yang mampu mengobarkan semangat mereka. Nah, disini aku bakalan ngasih tips2 wat Xan...

* Bergaullah dengan orang2 yang senang belajar
* Belajar apapun.....
* Belajar dari internet
* Bergabunglah dengan orang2 yang optimis n slalu berpikiran positive
* Cari motivator

good luck mua..........

0

Peran Internet dalam Pembelajaran

Posted by henny slalu b'juang on 19.44 in
Internet merupakan salah satu media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, internet memiliki dukungan yang cukup besar bagi peningkatan mutu pendidikan. Mengingat pendidikan selalu berkembang, sehingga diperlukan inovasi baru bagi perubahan paradigma pendidikan. Tentu saja memanfaatkan internet sebagai bagian dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu caranya. Namun tidaklah semudah dan sesederhana yang kita bayangkan, banyak yang harus diperhatikan, dipelajari dan dilakukan secara sungguh-sungguh sebelum menerapkannya dalam pembelajaran.

Fasilitas aplikasi internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi berbagai pihak, seperti bagi keperluan militer, akedemisi, media massa maupun bisnis. Banyak aplikasi yang ada dalam internet. Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan dan beberapa parubahan mendasar pada paradigma dunia pendidikan. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup pesat yaitu internet. Internet mampu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien, karena dapat dilakukan tanpa harus saling bertatap muka. Namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap teknologi selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari internet sebagai media pembelajaran yaitu tingginya kemungkinan gangguan belajar.

A. Perkembangan Internet

Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta computer (local/wide area network) dan computer pribadi ( stand alone), yang memungkinkan setiap computer yang terhubung kepadanya bisa melakukan komunikasi satu sama lain. Internet memiliki cukup banyak aplikasi, diantaranya seperti Telnet, Gopher, WAIS , e-mail, Mailing List (milis), Newsgroup, File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat, World Wide Web (www). Dari keseluruhannya tersebut ada 5 yang digunakan dalam pendidikan, diantaranya e-mail, mailing list (milis), newsgroup, File Transfer Protocol (FTP),dan World Wide Web (www).


B. Internet sebagai Media Pembelajaran

Penggunaan internet sebagai keperluan pendidikan semakin meluas, terutama di negara-negara maju. Karena dengan adanya media internet dimungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang lebih efekif. Hal tersebut terjadi karena adanya sifat dan karakteristik internet yang cukup khas, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain yang telah digunakan sebelumnya, seperti radio, televisi, video, cd-room interaktif, dll.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses pembelajaran di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pengajar dengan pembelajar sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan. Strategi pembelajaran yang meliputi penagajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga model dasar dialog atau komunikasi, sebagai berikut (Boettcher 1999):

a. Dialog atau komunikasi antara pengajar dengan pembelajar

b. Dialog atau komunikasi antara pembelajar dengan sumber belajar, dan

c. Dialog atau komunikasi diantara pembelajar

“Sanaky (1991:181) menyatakan apabila ketiga aspek tersebut diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka dapat diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.” Internet merupakan media yang bersifat multi rupa. Artinya, pada satu sisi internet dapat digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal. Misalnya, dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana berkomunikasi antar pribadi. Internet juga memiliki kemampuan memfasilitasi kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang bahkan kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka (teleconference)..

Internet mampu dan dapat digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas yaitu :

1) Sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many

2) Memiliki sifat interaktif

3) Memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron maupun tertunda, sehingga memungkinkan terselanggaranya ketiga jenis dialog atau komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses pembelajaran.

Internet memiliki peran yang tidak kalah besarnya dan bahkan mungkin karena karakteristik nya yang khas maka di suatu saat nanti internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan dipergunakan secara luas. Untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran di sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian danpenanganan serius agar pemanfaatan internet untuk pembelajaran dapat berhasil secara efektif dan efisien, yaitu:

1) Faktor lingkungan

2) Pembelajar

3) Pengajar

4) Faktor teknologi

Selain itu, pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dalam seting pembelajaran disekolah, perlu dipersiapkan fasilitas dan sumber daya manusia,yaitu kesiapan pengajar, pembelajar, kebutuhan hardware dan software, dan dukungan teknik serta bentuk pemanfaatan.

1) Kesiapan pengajar

Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik pengajar-pengajar yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Pengajar perlu diberikan pemahaman tentang berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet dalam pembelajaran.

b) Pengajar akan berperan sebagai pengembang dan pengguna

c) Pengajar yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.

d) Jumlah pengajar yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya di sesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap

e) Pengajar harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran. .

f) Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap pengajar.

2) Kesiapan Pembelajar

Perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku pembelajar harus dikenal seorang pengajar sebelum melakukan proses pembelajaran dengan berbasis internet. Dengan mengetahui karakteristik dari masing-masing pembelajar, seorang pengajar akan dapat memberiksan pelayanaan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen dan memberikan kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut.

3) Kebutuhan Hardware dan Software

Untuk terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, factor teknologi merupakan suatu hal yang mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standard minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan program, peralatan, infrastuktur, pengoperasian dan perawatannya.

Untuk mengembangkan, mengpoperasikan dan merawat infrastuktur tersebut perlu diperhatikan 4 aspek dari factor teknologi yaitu client (software dan hardware), server (software dan hardware), mode distribusi dan dukungan teknik.

4. Dukungan Teknik

Dukungan ini lebih bersifat kepada penyediaan sumberdaya manusia yang bertanggung jawab terhadap berfungsinya sistem dan memberikan bantuan apabila pengajar mengalami kesulitan berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.

Sumberdaya manusia tersebut bisa direkurt secara khusus yang sudah memiliki kualifikasi untuk itu, ataupun dengan memberikan pelatihan khusus kepada beberapa orang pengajar yang mempunyai minat dan dedikasi kearah itu.

Hal-hal yang harus ada untuk memaksimalkan efektifitas Internet untuk pendidikan :

· Akses ke perpustakaan

· Akses ke pakar

· Melaksanakan kegiatan kuliah secara online

· Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan

· Menyediakan fasilitas mesin pencari data

· Meyediakan fasilitas diskusi

· Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah

· Menyediakan fasilitas kerjasama,

· Dan lain-lain

Kesimpulan

Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan pada paradigma dunia pendidikan. Banyak aplikasi dari internet yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Internet dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dan efiisien.

0

E-Learning sebagai Solusi Permasalahan Pendidikan Indonesia

Posted by henny slalu b'juang on 19.41 in

Melalui E-Learning, pertemuan antara guru dan murid tidak harus dilakukan secara fisik. Murid dapat mempelajari materi pelajaran secara online dari Internet dan mengerjakan tugas-tugas maupun soal-soal ujian secara online pula di Internet. Siswa dapat berkomunikasi dengan para pengajar melalui email, video conference, chatting, dan forum online lainnya. Hasil ujian dan nilai tugas-tugas pun dapat dilihat secara online.

Namun di sisi lain, sistem belajar dengan E-Learning sendiri membutuhkan sarana infrastruktur yang tidaklah murah. Disamping itu juga E-Learning masih terkendala pada mahalnya biaya komunikasi, terutama sambungan Internet di Indonesia. Itulah mengapa E-Learning saat ini masih merupakan konsumsi sekolah-sekolah dan perguruan tinggi papan atas saja.

Di Indonesia, jangkauan E-Learning justru lebih banyak dinikmati para siswa dan mahasiswa di kota-kota besar. Padahal justru sebenarnya sistem belajar E-learning mungkin akan lebih bermanfaat jika dimanfaatkan untuk menjangkau anak-anak yang hidup di belantara Papua, ataupun di hutan rimbun Kalimantan. Mungkin kita dapat membayangkan sejenak jika anak-anak di pedalaman ini dapat diajari cara bersekolah dengan E-Learning, sehingga tidak terkendala dengan terbatasnya kedatangan guru bantu maupun jauhnya jarak tempuh ke sekolah terdekat di suatu pedalaman, mungkin kekahawatiran akan kepincangan pemerataan pendidikan dapat dikurangi.

Memang, wacana pengembangan E-Learning sebagai solusi untuk mengatasi masalah pemerataan pendidikan di Indonesia pastilah mempunyai banyak kendala yang harus dipertimbangkan, mulai dari besarnya biaya pengadaan sarana infrastruktur, mahalnya biaya sambungan Internet, pembuatan silabus, penyesuaian kurikulum, dan masih banyak aspek lainnya juga, selain tentunya aspek kultur budaya dan sosiologi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun setidaknya dari sini kita bisa melihat, bahwa dari sekian banyak hasil pengembangan teknologi informasi yang ada saat ini, E-Learning merupakan salah satu bentuk pengembangan teknologi informasi di bidang pendidikan yang sebenarnya dapat memberikan solusi bagi pemecahan permasalahan pendidikan di Indonesia.

Diakses dari: cipto-wardoyo.blogspot.com

di poskan oleh Henny Slalu Berjuang


Copyright © 2009 SEMANGAT REMAJA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.