0

Kolaborasi Gaya Hidup Remaja dengan Sastra, Media dan Internet

Posted by henny slalu b'juang on 19.50 in
Sastra bagi remaja perkotaan bukanlah sastra yang terwakili oleh para sastrawan dari generasi Putu Wijaya sampai Linda Christanty sekalipun. Sastra bagi remaja perkotaan juga bukanlah sastra koran, majalah sastra seperti Horison, maupun jurnal-jurnal kebudayaan yang memuat cerpen, puisi, dan esai-esai serius. Sastra remaja perkotaan adalah sastra pergaulan yang terekspresikan dalam medium-medium baru yang melekat pada gaya hidup mereka. Sastra remaja perkotaan saat ini adalah sesuatu yang sama sekali terlepas dari mata rantai sejarah sastra sebelumnya. Sejarah sastra yang saya maksud adalah sejarah sastra resmi versi para kritikus, teoritisi, akademisi dan para sastrawan sendiri. Sejarah sastra resmi ini sama halnya dengan sejarah pada umumnya yang berpihak pada kepentingan kekuasaan tertentu dengan muatan subjektivitas yang juga kental di dalam historiografi-nya. Dalam konteks remaja perkotaan secara riil, sebenarnya apa yang disebut mainstream sastra itu bahkan tidak eksis. Ada gap yang sangat jauh antara sastra dan kehidupan riil remaja perkotaan sekarang.

Medium-medium ekspresi kesusasteraan dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang kurang lebih merupakan sebuah dekonstruksi terhadap medium ekspresi sebelumnya yang terjadi sebagai akibat dari perkembangan teknologi. Pretensi menulis sebuah karya sastra tidak lagi dilandasi oleh motivasi mimpi-mimpi besar, ide-ide pemberontakan, maupun pemikiran-pemikiran jenial untuk mengubah dunia. Remaja perkotaan sekarang cukup menulis di blog mereka tentang hal-hal personal keseharian yang remeh-temeh, mengirim sms romantis pada pacarnya, atau menciptakan syair lagu cinta yang juga sederhana saja. Itulah medium-medium ekspresi sastra remaja perkotaan sekarang. Di sisi lain para penulis generasi “tua” tetap asyik dengan mimpi-mimpi, keyakinan, arogansi, dan ide-ide besar untuk melahirkan sebuah magnum opus dalam “sejarah” kepenulisan mereka. Tanpa sadar, gap yang ada semakin curam dan dalam, mengingatkan kita pada kritik-kritik berpuluh tahun silam tentang ivory tower-nya para sastrawan dan seniman secara keseluruhan.

Tentu masalahnya memang tak bisa dilepaskan dari “nilai-nilai, kriteria, teori-teori” tentang apa yang disebut dan dianggap sebagai “sastra”. Hal ini pun adalah persoalan lama yang terus menggantung tanpa penyelesaian. Bagi sejumlah sastrawan, sebut misalnya Seno Gumira Ajidarma, Sapardi Djoko Damono, atau Budi Darma, apa yang disebut dan dianggap sebagai “kriteria dan nilai-nilai” sastra adalah relatif dan subjektif. Pandangan ini memberi ruang kebebasan yang luas untuk menganggap dan menyebut apa itu karya sastra. Di lain pihak, masih banyak sastrawan dan kritikus yang berpegang pada teori-teori baku yang entah apa atau entah yang mana untuk mengategorisasikan sebuah karya sebagai “sastra”. Pandangan inilah yang kemudian mungkin membuat buku-buku semacam ensiklopedi sastra Indonesia tidak pernah lengkap dan utuh. Di buku-buku itu pastilah tidak pernah ada nama Agni Amorita Dewi misalnya, penulis cerpen remaja generasi tahun 80-an yang kerap mengisi lembar cerpen di berbagai majalah remaja dan pernah pula menjadi pemenang lomba cerber Femina. Di buku-buku itu pastilah tidak akan ada nama Raditya Dika atau Aditya Mulya, dua novelis muda masa kini yang penggemarnya menyebar di kalangan remaja perkotaan seluruh Indonesia. Dan di buku-buku itu juga tidak pernah ada nama FX Rudy Gunawan, penulis cerpen, esai, dan novel yang karya-karyanya juga kerap dimuat di sastra koran (non-Kompas) dan puluhan bukunya telah diterbitkan.

Ini adalah sebuah stagnansi yang ironis. Generasi remaja sekarang merasa tidak ada perlunya membaca karya sastra adiluhung yang tidak connect dengan kehidupan riil mereka. Telah terjadi sebuah perubahan paradigma yang tidak pernah diantisipasi oleh para sastrawan. Program sastra masuk sekolah mungkin merupakan sebuah upaya yang pernah dilakukan untuk menjembatani gap atau mencairkan stagnansi ini. Tapi karena frame yang dibawa adalah “mindset lama” dan yang dilakukan dengan “cara lama” pula, maka bisa dikatakan upaya ini kurang membuahkan hasil. Sejumlah SMA yang didatangi mungkin jadi lebih mengenal sastrawan-sastrawan dan karya-karyanya, tapi hanya sebatas itulah hasilnya. Padahal yang dibutuhkan sekarang adalah menciptakan generasi baru pecinta sastra dan menumbuhkan iklim atau atmosfir yang subur bagi lahirnya generasi penulis sastra yang baru, segar, dan sama sekali berbeda.

Dalam gaya hidup remaja perkotaan sekarang, film dan musiklah yang paling populer sebagai bagian dari kehidupan kesenian dan kebudayaan mereka. Ini terbukti dari suksesnya novel-novel adaptasi film yang digagas dan diterbitkan oleh penerbit spesialis novel remaja, GagasMedia. Hampir semua novel adaptasi film-film nasional terjual puluhan ribu kopi dalam hitungan bulan saja. Genre novel ini telah berhasil menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan berkat kolaborasi antara dunia film dan dunia sastra. Kolaborasi berarti sebuah persinggungan yang nyata dengan kehidupan. Kolaborasi menjadi sebuah pola untuk mencairkan stagnansi dan melahirkan karya yang “membumi”. Sebuah contoh kolaborasi ideal dari dunia musik adalah grup rock gaek Santana yang berkolaborasi dengan penyanyi remaja popular dalam tiga album terakhir mereka yang dirilis beberapa tahun belakangan. Kesadaran Santana sebagai grup yang melegenda untuk tetap tune in dengan perkembangan zaman sungguh sebuah kerendahan hati yang patut diteladani di dunia sastra kita.

Sastra seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup remaja perkotaan karena sastra seharusnya menjadi bagian dari kehidupan nyata termasuk kehidupan sehari-hari dengan segala tetek-bengek persoalannya yang mungkin cengeng, menyebalkan, dan tidak mutu. Tapi atas dasar apa seseorang berhak men-judge seperti itu terhadap kenyataan hidup yang nyata? Atas dasar apa seseorang atau sejumlah orang berhak menghakimi sebuah karya? Tiada satu dasar pun yang bisa membenarkan sikap-sikap seperti itu. Sebaliknya, justru pengikisan terhadap sikap-sikap seperti inilah yang akan mampu mengintegrasikan sastra dalam gaya hidup remaja perkotaan.


Gaya Hidup Remaja dan Media


Semua jenis media, baik itu Internet, televisi, film, musik, maupun majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup kita masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja kota, yang notabene meniru gaya hidup modern. Maka, tidak heran jika kita digiring menjadi sangat konsumtif.

Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Kita sebagai remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Kita juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalam pencarian gaya hidup, gaya bicara, penampilan, dan lain-lain. Imbasnya banyak kita jumpai teman-teman dengan berbagai atributnya yang sebenarnya mereka hanya meniru-niru saja. Sadar tidak sih kalau saat ini banyak sekali sinetron remaja yang menawarkan life style baru? Para bintang muda yang digandrungi ternyata mampu mengubah style remaja.

Pada masa remaja pengaruh idola memang sangat kuat. Idola atau tokoh akan mengendalikan hidup kita yang mungkin tanpa kita sadari. Nah, di sinilah media

Namun, apakah benar bahwa media sedemikian buruk pengaruhnya bagi remaja? Sebenarnya tidak seratus persen demikian. Hal ini menjadi tantangan bagi kita untuk memilah-milah atau selektif terhadap pesan yang disampaikan oleh media. Karena, tidak bisa dimungkiri bahwa keberadaan media mutlak diperlukan. Karena, pada suatu sisi media memungkinkan kita untuk tahu beragam informasi, berita, penemuan, dan hal-hal baru. Atau bisa disimpulkan bahwa sebenarnya hadirnya media berpengaruh positif dan juga negatif.

Keberadaan media memang tidak lepas dari kepentingan pasar. Dengan demikian, kalau kita tidak selektif terhadap pesan media, kita akan menjadi korban media. tidak salah memang ketika kita membeli sebuah produk berdasarkan informasi dari media. Namun, yang perlu diingat, seberapa perlu produk yang kita beli itu bagi diri kita. Apakah kita memang membutuhkan produk itu ataukah karena kita terpengaruh oleh iming-iming yang disampaikan oleh media.


Remaja : Jangan memaksakan diri

tidak ada salahnya memang untuk tampil menarik seperti yang banyak diiklankan di media, dengan sebagian produk yang ditawarkan untuk membantu mewujudkan impian itu. Juga merupakan sesuatu yang wajar untuk pergi berbelanja membeli barang-barang kesukaan. Namun, yang mesti kita ingat, jangan memaksakan diri. Kalau kita ikuti perkembangan mode pakaian, misalnya, kalau tidak pantas, ya tidak usah dibeli, sebaiknya kita sesuaikan dengan diri kita. Singkatnya sih tidak harus mengikuti tren yang ada, tetapi yang penting nyaman di tubuh kita. Pokoknya yang penting kita percaya diri, nyaman dengan diri sendiri, menerima apa adanya, love yourself. Bahkan, akan lebih oke lagi kalau kita bisa menunjukkan kelebihan-kelebihan kita yang lain.

Nah, jelaskan? Media memang punya dampak positif dan negatif. Kita harus arif menyikapinya. Cara gampang adalah mengenali diri kita sendiri dan mengenali apa yang menurut kita sangat penting. Mengenali apa yang kita sukai, apa yang bisa kita toleransi dari orang lain dan hal-hal yang membuat kita merasa mantap. Kalau setelah kita renungkan semua berbeda dari apa yang benar versi media, itu artinya kita harus segera ambil strategi. So, jangan menelan secara mentah-mentah apa yang diinformasikan media sehingga tidak begitu saja menjadi korban media.


0

Tips-Tips Memotivasi Belajar

Posted by henny slalu b'juang on 19.47 in
Belajar??????? it's OK..disini aku punya tips2 wt Xan yang pengen belajar Xan lebih smangat...motivasi belajar tidak akan terbentuk jika orang tersebut tidak memiliki keinginan, cita2 ato yang laen yang mampu mengobarkan semangat mereka. Nah, disini aku bakalan ngasih tips2 wat Xan...

* Bergaullah dengan orang2 yang senang belajar
* Belajar apapun.....
* Belajar dari internet
* Bergabunglah dengan orang2 yang optimis n slalu berpikiran positive
* Cari motivator

good luck mua..........

0

Peran Internet dalam Pembelajaran

Posted by henny slalu b'juang on 19.44 in
Internet merupakan salah satu media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, internet memiliki dukungan yang cukup besar bagi peningkatan mutu pendidikan. Mengingat pendidikan selalu berkembang, sehingga diperlukan inovasi baru bagi perubahan paradigma pendidikan. Tentu saja memanfaatkan internet sebagai bagian dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu caranya. Namun tidaklah semudah dan sesederhana yang kita bayangkan, banyak yang harus diperhatikan, dipelajari dan dilakukan secara sungguh-sungguh sebelum menerapkannya dalam pembelajaran.

Fasilitas aplikasi internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi berbagai pihak, seperti bagi keperluan militer, akedemisi, media massa maupun bisnis. Banyak aplikasi yang ada dalam internet. Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan dan beberapa parubahan mendasar pada paradigma dunia pendidikan. Salah satu perkembangan teknologi yang cukup pesat yaitu internet. Internet mampu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien, karena dapat dilakukan tanpa harus saling bertatap muka. Namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa setiap teknologi selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari internet sebagai media pembelajaran yaitu tingginya kemungkinan gangguan belajar.

A. Perkembangan Internet

Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan beribu bahkan berjuta computer (local/wide area network) dan computer pribadi ( stand alone), yang memungkinkan setiap computer yang terhubung kepadanya bisa melakukan komunikasi satu sama lain. Internet memiliki cukup banyak aplikasi, diantaranya seperti Telnet, Gopher, WAIS , e-mail, Mailing List (milis), Newsgroup, File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat, World Wide Web (www). Dari keseluruhannya tersebut ada 5 yang digunakan dalam pendidikan, diantaranya e-mail, mailing list (milis), newsgroup, File Transfer Protocol (FTP),dan World Wide Web (www).


B. Internet sebagai Media Pembelajaran

Penggunaan internet sebagai keperluan pendidikan semakin meluas, terutama di negara-negara maju. Karena dengan adanya media internet dimungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang lebih efekif. Hal tersebut terjadi karena adanya sifat dan karakteristik internet yang cukup khas, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain yang telah digunakan sebelumnya, seperti radio, televisi, video, cd-room interaktif, dll.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses pembelajaran di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pengajar dengan pembelajar sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan. Strategi pembelajaran yang meliputi penagajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga model dasar dialog atau komunikasi, sebagai berikut (Boettcher 1999):

a. Dialog atau komunikasi antara pengajar dengan pembelajar

b. Dialog atau komunikasi antara pembelajar dengan sumber belajar, dan

c. Dialog atau komunikasi diantara pembelajar

“Sanaky (1991:181) menyatakan apabila ketiga aspek tersebut diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka dapat diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.” Internet merupakan media yang bersifat multi rupa. Artinya, pada satu sisi internet dapat digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal. Misalnya, dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana berkomunikasi antar pribadi. Internet juga memiliki kemampuan memfasilitasi kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang bahkan kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka (teleconference)..

Internet mampu dan dapat digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas yaitu :

1) Sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many

2) Memiliki sifat interaktif

3) Memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron maupun tertunda, sehingga memungkinkan terselanggaranya ketiga jenis dialog atau komunikasi yang merupakan syarat terselenggaranya suatu proses pembelajaran.

Internet memiliki peran yang tidak kalah besarnya dan bahkan mungkin karena karakteristik nya yang khas maka di suatu saat nanti internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan dipergunakan secara luas. Untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran di sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian danpenanganan serius agar pemanfaatan internet untuk pembelajaran dapat berhasil secara efektif dan efisien, yaitu:

1) Faktor lingkungan

2) Pembelajar

3) Pengajar

4) Faktor teknologi

Selain itu, pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran dalam seting pembelajaran disekolah, perlu dipersiapkan fasilitas dan sumber daya manusia,yaitu kesiapan pengajar, pembelajar, kebutuhan hardware dan software, dan dukungan teknik serta bentuk pemanfaatan.

1) Kesiapan pengajar

Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik pengajar-pengajar yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Pengajar perlu diberikan pemahaman tentang berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet dalam pembelajaran.

b) Pengajar akan berperan sebagai pengembang dan pengguna

c) Pengajar yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya memiliki pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup.

d) Jumlah pengajar yang akan dilibatkan dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya di sesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap

e) Pengajar harus memiliki komitmen dan keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran. .

f) Tetap menjaga gaya mengajar tiap-tiap pengajar.

2) Kesiapan Pembelajar

Perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan perilaku pembelajar harus dikenal seorang pengajar sebelum melakukan proses pembelajaran dengan berbasis internet. Dengan mengetahui karakteristik dari masing-masing pembelajar, seorang pengajar akan dapat memberiksan pelayanaan sebaik-baiknya pada masing-masing segmen dan memberikan kepuasan orang-orang di dalam segmen tersebut.

3) Kebutuhan Hardware dan Software

Untuk terselenggaranya kegiatan pembelajaran dengan dukungan internet, factor teknologi merupakan suatu hal yang mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standard minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan program, peralatan, infrastuktur, pengoperasian dan perawatannya.

Untuk mengembangkan, mengpoperasikan dan merawat infrastuktur tersebut perlu diperhatikan 4 aspek dari factor teknologi yaitu client (software dan hardware), server (software dan hardware), mode distribusi dan dukungan teknik.

4. Dukungan Teknik

Dukungan ini lebih bersifat kepada penyediaan sumberdaya manusia yang bertanggung jawab terhadap berfungsinya sistem dan memberikan bantuan apabila pengajar mengalami kesulitan berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.

Sumberdaya manusia tersebut bisa direkurt secara khusus yang sudah memiliki kualifikasi untuk itu, ataupun dengan memberikan pelatihan khusus kepada beberapa orang pengajar yang mempunyai minat dan dedikasi kearah itu.

Hal-hal yang harus ada untuk memaksimalkan efektifitas Internet untuk pendidikan :

· Akses ke perpustakaan

· Akses ke pakar

· Melaksanakan kegiatan kuliah secara online

· Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan

· Menyediakan fasilitas mesin pencari data

· Meyediakan fasilitas diskusi

· Menyediakan fasilitas direktori alumni dan sekolah

· Menyediakan fasilitas kerjasama,

· Dan lain-lain

Kesimpulan

Perkembangan teknologi yang pesat membawa perubahan pada paradigma dunia pendidikan. Banyak aplikasi dari internet yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Internet dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dan efiisien.

0

E-Learning sebagai Solusi Permasalahan Pendidikan Indonesia

Posted by henny slalu b'juang on 19.41 in

Melalui E-Learning, pertemuan antara guru dan murid tidak harus dilakukan secara fisik. Murid dapat mempelajari materi pelajaran secara online dari Internet dan mengerjakan tugas-tugas maupun soal-soal ujian secara online pula di Internet. Siswa dapat berkomunikasi dengan para pengajar melalui email, video conference, chatting, dan forum online lainnya. Hasil ujian dan nilai tugas-tugas pun dapat dilihat secara online.

Namun di sisi lain, sistem belajar dengan E-Learning sendiri membutuhkan sarana infrastruktur yang tidaklah murah. Disamping itu juga E-Learning masih terkendala pada mahalnya biaya komunikasi, terutama sambungan Internet di Indonesia. Itulah mengapa E-Learning saat ini masih merupakan konsumsi sekolah-sekolah dan perguruan tinggi papan atas saja.

Di Indonesia, jangkauan E-Learning justru lebih banyak dinikmati para siswa dan mahasiswa di kota-kota besar. Padahal justru sebenarnya sistem belajar E-learning mungkin akan lebih bermanfaat jika dimanfaatkan untuk menjangkau anak-anak yang hidup di belantara Papua, ataupun di hutan rimbun Kalimantan. Mungkin kita dapat membayangkan sejenak jika anak-anak di pedalaman ini dapat diajari cara bersekolah dengan E-Learning, sehingga tidak terkendala dengan terbatasnya kedatangan guru bantu maupun jauhnya jarak tempuh ke sekolah terdekat di suatu pedalaman, mungkin kekahawatiran akan kepincangan pemerataan pendidikan dapat dikurangi.

Memang, wacana pengembangan E-Learning sebagai solusi untuk mengatasi masalah pemerataan pendidikan di Indonesia pastilah mempunyai banyak kendala yang harus dipertimbangkan, mulai dari besarnya biaya pengadaan sarana infrastruktur, mahalnya biaya sambungan Internet, pembuatan silabus, penyesuaian kurikulum, dan masih banyak aspek lainnya juga, selain tentunya aspek kultur budaya dan sosiologi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun setidaknya dari sini kita bisa melihat, bahwa dari sekian banyak hasil pengembangan teknologi informasi yang ada saat ini, E-Learning merupakan salah satu bentuk pengembangan teknologi informasi di bidang pendidikan yang sebenarnya dapat memberikan solusi bagi pemecahan permasalahan pendidikan di Indonesia.

Diakses dari: cipto-wardoyo.blogspot.com

di poskan oleh Henny Slalu Berjuang


0

Pengaruh Musik dalam Pembelajaran

Posted by henny slalu b'juang on 19.23 in
Musik merupakan salah satu cara untuk merangsang pikiran untuk mendukung pembelajaran. Selain merangsang pikiran, musik juga dapat memperbaiki konsentrasi dan ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional, dll. Musik dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri, itu artinya music menyeimbangkan aspek intelektual dan juga aspek emosional. Siswa yang telah memperoleh pendidikan musik sejak dini, jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang memiliki pemikiran logis, cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan serta memiliki empati.

Universitas-universitas di Jepang banyak yang mempunyai orkes Symphony sebagai kelanjutan dari pelajaran musik yang mereka terima di tingkat SD, SLTP dan SLTA. Begitu pun semua sekolah unggulan memasukkan mata pelajaran musik sebagai materi wajib intrakurikuler dan diperkaya dengan kegiatan ekstrakurikuler, dimana materi pelajaran musik yang diajarkan meliputi musik universal dan musik tradisional, nampaknya hasil pembelajaran siswa-siswi sekolah unggulan pun rata-rata sangat baik.

Tampak pada kurikulum (1994) yang berlaku, aspek keseimbangan belum terpenuhi. Kurikulum pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan perkembangan intelektual semata dan tidak memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Melihat alokasi waktu mata pelajaran musik setiap minggu hanya waktu 2 x 45 menit, (GBPP kurikulum mata pelajaran kesenian 1994) yang masih terbagi dengan mata pelajaran seni tari, seni rupa, dan kerajinan tangan.

Pengertian Musik dalam Pembelajaran

“Nirmala (2005) menyatakan terapi musik merupakan aplikasi unik dari musik untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan membuat perubahan perilaku positif.” Dengan adanya musik membuat kita dapat berpikir dan lebih konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu. Pengertian musik itu sendiri jika dalam pembelajaran adalah musik yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Musik disini misalnya disisipkan ketika presentasi dengan media power point atau juga pada saat seminar untuk mengkondisikan suasana. Oleh karena itu, musik memiliki kedudukan yang penting dalam mendukung kelancaran suatu pembelajaran.

Peranan Penggunaan Musik dalam Pembelajaran

“Gallahue (1998) dalam Raven (2008) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti kemampuan visual, auditif dan sentuhan makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Ritme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak.” Di sini terdapat berbagai peran dalam penggunaan internet dalam pembelajaran, diantaranya:

a. Musik sebagai Pendekatan Belajar

Penggunaan music dalam pendekatan belajar dapat di lihat dari contoh kasus kemampuan matematika dan logika ada dalam korteks otak yang berdekatan dengan kemampuan musik dengan masa pembentukan 0 – 4 tahun. Untuk itu perlu dilakukan bermain hitungan sederhana bersama anak melalui media musik dalam mengajarkan berhitung, misalnya satu piring, satu garpu, satu sendok, saat bersantap di meja makan.

b. Musik Membangun Kecerdasan Emosional

Menurut peneliti “Siegel (1999) dalam Raven (2008), mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak”. Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi. Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal.

c. Musik Dapat Meningkatkan Aspek Kognitif

Selain membangun aspek kecerdasan emosional, music juga mampu menumbuhkan aspek kognitif. Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi. Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Ketrampilan bergerak ini dapat kita temukan pada saat mendengarkan musik.

Penyusunan Kurikulum yang Ideal

Hendaknya dalam penyusunannya, kurikulum memperhatikan pokok-pokok permasalahan yang ada dalam pendidikan Indonesia. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak, harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan musik di sekolah. Hal ini sesuai dengan teori belajar kognitif yang memperhatikan pengalaman tiap-tiap peserta didik.

Secara eksplisit dalam GBHN disebut bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk pembangunan sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan sesama manusia merupakan fokus kurikulum masa depan sebagaimana yang dikerangkakan yaitu Iptek Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.

Dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan manusia yaitu perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan moral yang ikut menentukan keberhasilan anak. Keswara (2010:9) “Indonesia menjadi negara dengan kurikulum terpadat di dunia, sebagai perbandingan di Australia hanya memiliki enam mata pelajaran untuk sekolah setingkat SMP sedangkan Indonesia ada 16 mata pelajaran untuk SMP”. Sehingga diharapkan adanya perhatian kita untuk memperhatikan kondisi pendidikan saat ini, sehingga dapat mengambil keputusan dalam kebijakan kurikulum.

Kesimpulan

Musik merupakan salah satu cara untuk mendukung kelancaran jalannya proses pembelajaran. Pembelajaran akan terasa lebih hidup dan tidak monoton, sehingga peserta didik pun akan lebih mudah mencerna materi yang disampaikan pendidik. Musik memiliki banyak peran, diantaranya merangsang pikiran, memudahkan dalam mengingat dan menghafal, membangun kecerdasan emosional, serta membangun aspek kognitif.

Saran

Dalam pengambilan kurikulum hendaknya perlu memperhatikan fenomena pendidikan yang ada. Tidaklah asal mengambil kebijakan kurikulum, yang terkadang saat dilaksanakan dilaksanakan. Dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya perlu ada keseimbangan antara semua aspek perkembangan manusia yaitu perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan moral yang ikut menentukan keberhasilan anak. Untuk itu diperlukan musik untuk mendukung kelancaran suatu pembelajaran.

Rujukan

Keswara, Ratih. 2010. “Kurikulum Lalu Lintas Diterapkan di SMP-SMA” Artikel. Jakarta: Seputar Indonesia.

Nirmala. 2005. Musik (Meningkatkan Kemampuan Kerja Otak). Diakses pada hari Kamis tanggal 2 Mei 2010 jam 18:23, http://www3.suryaniinstitute.com

Raven. 2009. Pengaruh Musik dalam Pembelajaran. Diakses pada 2 Mei 2010 jam 18:35, http://pamangsah.blogspot.com


0

Langkah Awal Mengubah Paradigma Pendidikan

Posted by henny slalu b'juang on 19.11 in
Depdiknas akan membeli copyright buku pelajaran dan akan meng-upload ke Jardiknas sehingga dapat disebarluaskan secara bebas.

Pendidikan Indonesia memasuki era baru. Suatu upaya mengubah paradigma pendidikan di Indonesia tengah bergulir. Salah satu faktor yang akan menjadi media pengubah adalah teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology).

Mendiknas Bambang Sudibyo mengungkapkan dengan menggunakan TIK, ada kesempatan untuk mengubah paradigma pendidikan. ''Jika sebelumnya menggunakan paradigma pengajaran dimana guru bertindak sebagai subjek sementara murid bertindak sebagai objek. Kini harus mengarah ke paradigma pembelajaran dengan guru dan murid sama-sama bertindak sebagai subjek. Sehingga posisi keduanya sejajar,'' kata Mendiknas 'Semiloka Teknologi Maju untuk e-Pembelajaran', di Jakarta, pekan lalu.

Pengajaran menggunakan TIK, menjadikan sumber ilmu pengetahuan menjadi tidak terbatas. Setiap siswa dapat aktif mencari sumber ilmu pengetahuan lain. Bandingkan jika hanya mengandalkan guru yang memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas.

Manajemen pendidikan bakal berfokus kepada dua pijakan. Yaitu penyediaan akses pendidikan yang cukup dan merata untuk seluruh masyarakat. Serta untuk memperbaiki kualitas, kompetisi, dan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat. ''Khusus untuk Indonesia, ditambah dengan upaya untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan di bidang pendidikan,'' kata Bambang.

Pandangan serupa dilontarkan Chairman of the Board Intel Corporation Craig R Barrett. Ia menjelaskan, ada empat kunci untuk pendidikan saat ini. Yaitu akses ke teknologi, konektivitas, konten yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat lokal, dan guru yang memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK. ''Untuk mempercepat akses teknologi dan pendidikan, Intel akan menanam modal sebesar 1 miliar dolar di seluruh dunia dalam kurun waktu lima tahun,'' kata Barret.

Intel juga mendukung program-program pendidikan. Seperti World Ahead, Program Pendidikan TIK, program 1:1 e-learning, Intel Teach, dan Intel Skool. Program 1:1 e-learning adalah metode dengan pelajar sebagai pusat dari pembelajaran. Ini dilakukan dengan memberikan laptop pribadi dan akses ke pengajar yang kompeten.

Selama 2007, Intel telah mendonasikan 725 unit lap top ke 33 sekolah. Targetnya, 4 ribu unit komputer akan diberikan selama kurun waktu empat tahun. Pada 2008, Intel juga menargetkan melatih 10 ribu guru di Indonesia melalui program Intel Teach. Tahun sebelumnya, Intel telah melatih 2 ribu guru.

Implementasi TIK di dunia pendidikan menjadi perhatian dunia internasional. World Summit on The Information Society (WSIS) yang diprakarsai International Telecommunication Union (ITU), membuat standar TIK pendidikan, untuk diterapkan selambat-lambatnya 2015. Standar dimaksud antara lain, 50 persen lembaga pendidikan dan pusat studi dan penelitian telah terhubung dengan TIK, tingkat e-literacy masyarakat sekurang-kurangnya 50 persen.

Indonesia, kata Mendiknas, berkomitmen memenuhi standar itu. ''Untuk memenuhi sasaran tersebut, setidaknya ada tujuh fase dikembangkan,'' ujar Bambang. Aksi ini dimulai tahun 2005 dengan pengembangan jaringan pendidikan nasional (Jardiknas) dan menetapkan pendidikan berbasis TIK secara massal.

Jardiknas
Hingga akhir 2007, telah tersambung 865 zona kantor dinas pendikan (OfficeNet) dan lebih dari 10 ribu node di zona sekolah (SchoolNet), 319 zona perguruan tinggi (Inherent) yang terdiri dari 83 node perguruan tinggi negeri, 200 node perguruan tinggi swasta, dan 36 node Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ) yang secara keseluruhan melayani sekitar 60 persen populasi mahasiswa.

Pada 2009 Jardiknas diharapkan menjangkau 1.489 (55 persen) node di zona perguruan tinggi, 27.297 (9,3 persen) node di zone sekolah, dan 10 ribu (0,3 persen) node di zona personal (StudentNet, TeacherNet, dan LectureNet).

Bersamaan dengan masuknya TIK ke dalam kurikulum pendidikan, berlangsung fase penyediaan sumber daya komputansi. Saat ini terdapat 4.413 lab komputer (44,6 persen) dari 9.897 SMA, 4.760 lab (70 persen) dari 6.800 SMK, dan 7.643 lab (31 persen) dari 24.686 SMP. Diperkirakan, pada 2009 jumlah komputer yang terhubung di Jardiknas akan mencapai lebih dari 1,57 juta unit.

Fase penyiapan sumber daya manusia dimulai pada tahun 2006, setahun kemudian diselenggarakan pelatihan Jardiknas untuk kepala sekolah, guru, tata usaha, dan pustakawan yang diikuti 38 ribu peserta dan menjangkau 216 kabupaten/kota. Kami menerapkan sistem multilevel training. Dengan begitu, diharapkan pada tahun ini akan terdapat 66 senior trainer, 6.600 master trainer, dan 66 ribu participant teacher, ungkap Mendiknas.

Sementara fase mobilisasi konten merupakan gerakan penting setelah infrastruktur. Dengan kapasitas bandwith 3,9 Gbps dan total kapasitas penyimpanan data pusat 15 terabyte, pada tahun 2009 Jardiknas mampu menampung 2 juta modul dalam bentuk teks dan grafik berukuran 5-50 MB per modul. Atau 50 ribu modul dalam bentuk video durasi 30 menit.

Fase kolaborasi konten, merupakan konsekuen logis ketika Jardiknas telah menjadi pusat sumber belajar terbesar di Indonesia. Yang sedang dikembangkan Depdiknas sekarang ini adalah e-book. Depdiknas akan membeli copyright buku pelajaran dan akan di-upload ke Jardiknas, sehingga buku dapat didownload dan disebarluaskan secara bebas.

'Buku' ini bahkan dapat dijualbelikan. Syaratnya, harga jual buku tersebut tidak boleh melewati rentang harga yang ditetapkan Depdiknas. Harga buku tersebut sekitar sepertiga harga di pasaran. Yaitu antara Rp 4.500 sampai Rp 14 ribu. Sampai saat ini, sudah ada 37 copyrights yang kami beli, jelas Mendiknas.

Komputer Murah
Implementasi TIK di dunia pendidikan mendapat dukungan pihak lain. Jumat, Intel Indonesia dan IM2 menandatangani kerjasama pengadaan komputer dengan harga terjangkau dan akses internet kecepatan tinggi di sekolah-sekolah. Tahap awal, dipilih tiga sekolah sebagai pilot project selama tiga bulan, yakni SD Labschool, Al-Azhar dan SD Penabur.

''Ke depannya, kami akan kembangkan di 10 kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Semarang, Bandung dan Medan. Pilot Project tersebut dilakukan untuk mencari model pembelajaran yang paling tepat menggunakan perangkat yang ada untuk kemudian dicopi ke sekolah-sekolah lain di 10 kota tersebut. Proyek ini rencananya akan berlangsung selama tiga tahun, '' ungkap Direktur Utama IM2, Indar Atmanto.

Country Manager Intel untuk Indonesia, Budi Wahyu Jati menambahkan bahwa komputer dengan harga terjangkau dan akses internet cepat harus bisa tersedia untuk semua orang. ''Infrastruktur broadband yang kuat sangat penting untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam berkompetisi secara global,'' kata Budi.

Namun, bukan berarti sekolah tidak mengeluarkan biaya untuk dapat menikmati fasilitas ini. Meskipun harga yang ditawarkan merupakan harga khusus sektor pendidikan, sekolah tetap harus merogoh kocek untuk membayar perangkat hardware yang dapat diangsur hingga 12 kali dan membayar tagihan internet setiap bulannya.

''Kolaborasi yang dilakukan dengan IM2 ini merupakan salah satu upaya Intel untuk mencapai pertumbuhan dua kali lipat dari pertumbuhan rata-rata jumlah pengguna akses broadband wireless sebelum 2012,'' kata Budi.

Sumber: Republika Online
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=334461&kat_id=151
Read More..
Diposkan oleh: Henny Slalu Semangat

0

Pendidikan Berbasis Karakter

Posted by henny slalu b'juang on 05.30 in

Berbagai fenomena sosial yang muncul akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Fenomena kekerasan dalam menyelesaikan masalah menjadi hal yang umum. Pemaksaan kebijakan terjadi hampir pada setiap level institusi. Manipulasi informasi menjadi hal yang lumrah. Penekanan dan pemaksaan kehendak satu kelompok terhadap kelompok lain dianggap biasa. Hukum begitu jeli pada kesalahan, tetapi buta pada keadilan.

Sepertinya karakter masyarakat Indonesia yang santun dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, local wisdom yang kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong-royong, telah berubah wujud menjadi hegemoni kelompok-kelompok baru yang saling mengalahkan. Apakah pendidikan telah kehilangan sebagian fungsi utamanya? Berkaca pada kondisi ini, sudah sepantasnya jika kita bertanya secara kritis, inikah hasil dari proses pendidikan yang seharusnya menjadi alat transformasi nilai-nilai luhur peradaban? Jangan-jangan pendidikan telah teredusir menjadi alat yang secara mekanik hanya menciptakan anak didik yang pintar menguasai bahan ajar untuk sekedar lulus ujian nasional. Kalau betul begitu, pendidikan sedang memperlihatkan sisi gelapnya.

Padahal, pendidikan merupakan proses yang paling bertanggung jawab dalam melahirkan warga negara indonesia yang memiliki karakter kuat sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan yang bagus dan mengembangkan karakter. Ketika mayoritas karakter masyarakat kuat, positif, tangguh peradaban yang tinggi dapat dibangun dengan baik dan sukses. Sebaliknya, jika mayoritas karakter masyarakat negatif, karakter negatif dan lemah mengakibatkan peradaban yang dibangun pun menjadi lemah sebab peradaban tersebut dibangun dalam fondasi yang amat lemah.

Karakter bangsa adalah modal dasar membangun peradaban tingkat tinggi, masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerja-sama, paruh pada peraturan, bisa dipercaya, tangguh dan memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Ketidakteraturan sosial menghasilkan berbagai bentuk tindak kriminal, kekerasan, terorisme dan lain-lain.

Oleh karena itu, pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan karakter bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat sehingga pada gilirannya bangsa Indonesia akan mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modem. Menurut M Dawam Raharjo, peradaban modern dibangun dalam empat pilar utama, yakni induk budaya (mother culture) agama yang kuat, sistem pendidikan yang maju, sistem ekonomi yang berkeadilan serta majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. Sebenarnya keempat pilar tersebut sudah dimiliki Indonesia, tinggal bagaimana"keempat hal tersebut berjalan secara fungsional melalui pendidikan.

Mengembangkan Karakter

Salah satu poin penting dari tugas pendidikan adalah membangun karakter (character building) anak didik. Karakter merupakan standar-standar batin yang terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai-nilai serta cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud di dalam perilaku. Bentuk-bentuk karakter yang dikembangkan telah dirumuskan secara berbeda.

Indonesia Heritage Foundation merumuskan beberapa bentuk karakter yang harus ada dalam setiap individu bangsa Indonesia di antaranya; cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.

Sementara itu, character counts di Amerika mengidentifikasi kan bahwa karakter-karak-ter yang menjadi pilar adalah; dapat dipercaya (trustzoorthiness), rasa hormat dan perhatian (respect), tanggung jawab (responsibility), jujur (fairness), peduli (caring), kewarganegaraan (citizenship), ketulusan (honesty), berani (courage), tekun (diligence) dan integritas.

Pada intinya bentuk karakter apa pun yang dirumus kan tetap harus berlandaskan pada nilai-nilai universal. Oleh karena itu, pendidikan yang mengem
bangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu merupakan usaha intensional dan proaktif dari sekolah, masyarakat dan negara untuk mengisi pola pikir dasar anak didik, yaitu nilai-nilai etika seperti menghargai diri sendiri dan orang lain, sikap bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri. Hal itu memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis yang merupakan concern dan sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan tersebut seharusnya menjadi dasar dari kurikulum sekolah yang bertujuan mengembangkan secara berkesinambungan dan . sistematis karakter siswa. Kurikulum yang menekankan pada penyatuan pengembangan kognitif dengan pengembangan karakter melalui pengambilan perspektif, 1 pertimbangan moral, pembuatan keputusan yang matang, dan pengetahuan diri tentang moral.

Di samping nilai tersebut diintegrasikan dalam kurikulum, juga yang tidak kalah penting adalah adanya role model yang baik dalam masyarakat untuk . memberikan contoh dan I mendorong sifat baik tertentu atau ciri-ciri karakter yang diinginkan, seperti kejujuran, kesopanan, keberanian, ketekunan, kesetiaan, pengendalian diri, mpari, toleransi, keadilan, menghormati harga diri individu, tanggung jawab untuk kebaikan umum dan lain-lain.

Lebih spesifiknya, menurut Dr Thomas Lickona, pendidikan yang mengambangkan karakter adalah upaya yang dilakukan pendidikan untuk membantu anak didik supaya mengerti, memedulikan,dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Anak didik bisa menilai mana yang benar, sangat memedulikan tentang yang benar, dan melakukan apa yang mereka yakini sebagai yangbenar--walaupun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam.

Peranan lingkungan

Sementara itu, upaya pendidikan yang dilakukan di sekolah oleh para guru seperti membuat istana pasir di tepi pantai. Sekolah dengan sekuat tenaga membangun istana yang cantik, tetapi begitu anak keluar dari lingkungan sekolah, ombak besar meluluhlantakkan istana yang telah dibangun di sekolah. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang komprehensif dari sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam mengembangkan karakter anak didik yang kuat, baik, dan positif secara konsisten. Lingkungan masyarakat, para pemimpin, pembuat kebijakan, pemegang otoritas di masyarakat, orang tua harus menjadi role model yang baik dalam menanamkan karakter yang baik kepada anaknya. Berbagai prilaku ambigu dan inkonsistensi yang diperlihatkan dalam masyarakat akan memberi kontribusi yang buruk yang secara signifikan dapat melemahkan karakter siswa.

Banyak kebijakan dalam pendidikan yang justru kontraproduktif terhadap pengembangan karakter siswa. Sebut saja misalnya kebijakan ujian nasional (UN) yang dipercaya dapat menggenjot motivasi siswa untuk belajar supaya lulus UN. Kebijakan tersebut justru mengarah pada praksis pendidikan yang melahirkan peraturan dan sistem yang berbasis pada model reward and punishment. Model seperti itu hanya akan menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat sementara dan terbatas, tapi hanya sedikit bahkan tidak memberikan pengaruh pada pembentukan karakter anak untuk jangka panjang.

Bahkan kalau kita amati pada tataran pelaksanaan UN di lapangan, begitu banyak praktik penyelewengan dan kecurangan yang bertentangan dengan prinsip pendidikan itu sendiri. Hal itu justru yang akan merusak karakter anak didik yang sudah sekian lama diusahakan dibangun dalam lingkungan sekolah. Hilangnya nilai-nilai kejujuran, integritas, dapat dipercaya adalah harga yang harus dibayar dalam praksis pendidikan yang menegasikan karakter positif anak didik.

Saya sepakat dengan character education quality standards yang merekomendasikan bahwa pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat sebagai komunitas moral yang berbagi panggung jawab untuk pendidikan yang mengembangkan karakter dan setia dan konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama.

Ringkasan Artikel Ini

Sepertinya karakter masyarakat Indonesia yang santun dalam berperilaku, musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, local wisdom yang kaya dengan pluralitas, toleransi dan gotong .royong, telah berubah wujud menjadi hegemoni kelompok-kelompok baru yang saling mengalahkan. Menurut M Dawam Raharjo, peradaban modern dibangun dalam empat pilar utama, yakni induk budaya (mother culture) agama yang kuat, sistem pendidikan yang maju, sistem ekonomi yang berkeadilan serta majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. Oleh karena itu, pendidikan yang mengem- bangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis yang merupakan concern dan sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat. Anak didik bisa menilai mana yang benar, sangat memedulikan tentang yang benar, dan melakukan apa yang mereka yakini sebagai yangbenar--walaupun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. Saya sepakat dengan character education quality standards yang merekomendasikan bahwa pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah maupun masyarakat sebagai komunitas moral yang berbagi panggung jawab untuk pendidikan yang mengembangkan karakter dan setia dan konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama.

Diakses dari Hasanah, Aan.2009.http://bataviase.co.id/detailberita-10399688.html

Diposkan oleh Heni Slalu Berjuang


Copyright © 2009 SEMANGAT REMAJA All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.